Apa Itu Yang Dinamakan Plastik Polivinilclorida (PVC) ???
Polivinil adalah salah satu jenis plastik yang dibuat secara termoplastic. Salah satu contohnya yang paling banyak digunakan adalah Polivinilclorida (PVC). Sifat PVC adalah keras, kaku, dan sedikit rapuh, dapat melunak pada pemanasan 80ºC tanpa titik lebir yang tajam. Jika suhu diturunkan, maka PVC akan menjadi rapuh dan jika massanya dinaikkan maka sifat liatnya semakin besar. PVC murni sangat stabil terhdap minyak tumbuhan, minyak mineral, alkohol, dan senyawa anorganik. Bahan yang bersifat basa kuat dan bersifat mengoksidasi dapat mempengaruhias PVC
PVC dihasilkan dari dua jenis bahan baku utama, yaitu minyak bumi dan
garam dapur (NaCl). Bahan baku minyak bumi diolah melalui proses pemecahan
molekul yang disebut cracking menjadi berbagai macam zat termasuk
etilena. Garam dapur diolah melalui proses elektrolisa menjadi natrium
hidroksida dan gas klor. Etilena direakikan dengan gas klor menghasilkan
etilena diklorida. Proses cracking atau pemecahan molekul etilen
diklorida tersebut menghasilkan suatu gas vinil klorida (CHCl=CH2) dan asam
klorida (HCl). Melalui proses polimerisasi (penggabungan molekul monomer)
dihasilkan molekul besar dengan rantai panjang (polimer) polivinil klorida yang
berupa bubuk halus berwarna putih.
Polimer PVC yang mengandung gugus klor memiliki
ketahanan terhadap oksidai oleh udara, tahan lama, tetapi mudah rusak pada suhu
yang rendah. Resin PVC tersebut masih memerlukan langkah-langkah untuk diubah
menjadi berbagai produk akhir yang bermanfaat. Biasanya polivinil klorida
banyak digunakan untuk pipa, isolator kabel, botol plastik, plastik pembungkus,
dan lain-lain.
Pengolahan PVC menjadi produk akhir adalah
dengan compounding (pembuatan adonan). Adonan (compound) tersebut
adalah resin PVC yang telah dicampur dengan bahan-bahan tambahan dengan fungsi
tertentu, sehingga dapat untuk diproses menjadi produk dengan sifat-sifat yang
diinginkan. Sifat-sifat yang diinginkan meliputi warna, kefleksibelan bahan,
ketahanan terhadap sinar ultra violet, kekuatan mekanik transparansi, dan
lain-lain sesuai dengan produk apa yang akan dibuat.
Untuk mempermudah pemprosesan dan menambah sifat
elastis yang cocok untuk berbagai aplikasi maka perlu ditambahakan plasticizer seperti
trikrestil posfat atau dibutil ptalat. Juga diperlukan stabilizer atau
zat penstabil sehingga dimungkinkan pemprosesan PVC tanpa kandungan
plasticizer.
Pada pembuatan pipa dan kabel, PVC dibuat dengan
diekstruksi atau dipanaskan dan dialirkan melalui suatu cetakan sehingga
dihasilkan produk memanjang. Pada pembuatan botol menggunakan teknik cetak tiup
(blow molding), lelehan PVC ditiup ke dalam suatu cetakan membentuk produk
botol.
Contoh polivinil lain yang dapat digunakan sebagai
pengemas adalah polivinil denklorid (PVDC). Dibuat dari polimerisasi
vinildenklorid yang caranya hampir sama pada polimerisasi vinilklorid. Untuk
tujuan teknis umunya dilakukan polimerisasi campur dari vinildenklorid dengan
senyawa vinil lainnya. Contoh produknya adalah kapsul berkerut yang terdiri
dari polivinildenklorid, dapat melunak pada suhu rendah atau lembab dan dapat
ditarik melalui sumbat dan penutup, kemudian dikeringkan dan menjadi keras
serta kedap gas dan air.
Senyawa polivinil lainnya polivinil asetat
(PVA) yaitu polimer karet sintetis. PVA dibuat dari monomernya, vinil
asetat, yang hidrolisis dari sebagian senyawa ini menghasilkan polivinil
alkohol (PVOH). PVA dijual dalam bentuk emulsi dalam air sebagai bahan perekat
untuk bahan berpori seperti kayu. PVA juga dapat digunakan untuk melindungi
keju dari jamur dan kelembaban. PVA bereaksi perlahan dengan basa dan membentuk
asam asetat sebagai hasil hidrolisis.
PVC dan Lingkungan Hidup
Telah menjadi mitos bahwa khususnya pembakaran
sampah PVC memberikan kontribusi yang besar terhadap terjadinya dioxin. Dioxin
dapat dihasilkan dari pembakaran bahan-bahan organoklorin, yang sebenarnya
banyak terdapat di alam (dedaunan, pepohonan). Suatu penelitian yang dilakukan
oleh New York Energy Research and Development Authority pada tahun
1987 menyimpulkan bahwa ada atau tidaknya sampah PVC tidak berpengaruh terhadap
banyaknya dioxin yang dihasilkan dalam proses insinerasi/pembakaran sampah.
Kontribusi terbesar bagi terjadinya dioxin adalah kebakaran hutan, hal yang
justru tidak banyak diekspos.
Kandungan klor (Cl) dalam PVC diketahui memberikan
sifat-sifat yang unik bagi bahan ini. Tidak seperti umumnya bahan plastik yang
merupakan 100% turunan dari minyak bumi, sekitar 50% berat PVC adalah dari
komponen klor-nya, yang menjadikannya sebagai bahan plastik yang paling sedikit
mengkonsumsi minyak bumi dalam proses pembuatannya. Relatif rendahnya komponen
minyak bumi dalam PVC menjadikannya secara ekonomis lebih tahan terhadap krisis
minyak bumi yang akan terjadi di masa datang serta menjadikannya sebagai salah
satu bahan yang paling ramah lingkungan.
Walaupun PVC merupakan bahan plastik dengan volume
pemakaian kedua terbesar di dunia, sampah padat di negara-negara maju yang
paling banyak menggunakan PVC-pun hanya mengandung 0,5% PVC. Hal ini
dikarenakan volume pemakaian terbesar PVC adalah untuk aplikasi-aplikasi
berumur panjang, seperti pipa dan kabel. Sampah PVC juga dapat diolah secara
konvensional, seperti daur-ulang, ditanam dan dibakar dalam insinerator
(termasuk pembakaran untuk menghasilkan energi).